Ubaidilah Muchtar, S.Pd. adalah alumnus S1 Bahasa Indonesia FPBS UPI angkatan 1999. Setelah lulus dari almamaternya, berbekal buku seadanya, dia membuka perpustakaan gratis di daerah Ciseel, Provinsi Banten. Selanjutnya ia mulai gerakannya menanam-kan dan mengembangkan kebiasaan mem-baca dengan membentuk reading group pada kalangan anak-anak dan orang-orang dewasa di daerah tersebut.
Perpustakaan gratisnya itu ia namakan “Taman Baca Multatuli” dan didirikan bulan Maret 2010. Sejak didirikan hingga beberapa waktu kemudian, taman baca ini bukan hanya berhasil menarik minat baca warga sekitar, tetapi juga menyita perhatian publik setelah program televisi Kick Andy dari Metro TV yang dipandu Andy F. Noya, menyiarkannya. Waktu itu, Ubaidilah tidak hanya diundang ke studio Metro TV, tapi juga beroleh bantuan dana dan buku.
Pada tahun 2014, aktivitasnya beroleh apresiasi dari Perpustakaan Nasional RI. Mantan aktivis mahasiswa UPI ini diganjar Penghargaan Nugra Jasadarma Pustaloka dari Perpusnas RI, untuk Kategori Masyarakat yang Berperan Aktif terhadap Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Gemar Membaca.
Lantaran dinilai peduli pada sejarah dan semangat Multatuli, Ubaidilah juga diangkat menjadi Kepala Museum Multatuli, Banten. Ketika mulai berkantor di museum ini, dia bertemu dengan beberapa peneliti asal Korea yang tertarik menerjemahkan novel Max Havelaar karya Eduard Douwes Dekker alias Multatuli, ke dalam bahasa Korea. Kini novel sejarah yang diluncurkan pertama kali pada 15 Mei 1860 itu pun rampung diterjemahkan ke dalam bahasa Korea. Demi menghargai peranannya dalam menyukseskan program penerjemahan ini, maka pada 10 Agustus 2019, Ubaidilah diundang oleh Indonesia Korean Cultural Studies (IKCS) untuk menghadiri acara peluncurannya di Jakarta Pusat.
Pada tahun 2025, Ubaidillah Muchtar menjabat sebagai Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Multatuli di Kabupaten Lebak, Banten. Dalam posisinya ini, ia bertanggung jawab untuk mengelola dan mengembangkan museum yang memiliki koleksi penting terkait sejarah kolonialisme di Indonesia, termasuk novel “Max Havelaar” karya Multatuli. Ubaidillah aktif dalam menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan eksposur museum dan memperkenalkan warisan budaya kepada masyarakat luas.
